pasang banner
pasang banner
pasang banner

Wednesday, May 16, 2018

Cerita Dewasa Melayani Teman Demi Uang - Sex For Fun


Sakitku bukanlah fisik semata, tapi hatiku juga hancur lebur waktu suami memaksaku melayani beberapa rekannya jadi pelunas hutang-hutang judinya. Dion yaitu suami yang menikahiku karna perjodohan. Orang-tua dion yaitu teman dekat orang tuaku.

Pernikahan tersebut memanglah berjalan mewah untuk seukuran desaku. Orang-tua dion yaitu petani tembakau. dion anak ke-2 dari tiga bersaudara. dion bersekolah di kota Semarang mulai sejak kecil sampai lulus SMU. Ratih namaku, Mulai sejak kecil sampai tamat SMU aku menetap di Salatiga.

Orangtuaku hampir tidak sempat mengajakku melancong, bahkan juga kota Semarang serta Yogyakarta kuketahui lewat wisata sekolah. di desa, aku digunjingkan jadi perawan tua karna sampai umur 27 th. aku belum memperoleh jodoh.

“Ratih, umurmu telah tua, kok belum juga bisa jodoh juga. Anda juga akan ayah jodohkan sama anak rekan Ayah ya, ” kata Bapakku satu kali. “Inggih Pak, kulo nderek mawon, ” jawabku menyepakati saran Ayah.

Dua bln. lalu undangan pernikahanku telah mengedar, namun tidak meskipun aku berjumpa dion, paling cuma lewat photo yang dibawa oleh Bapakku. “Dion belum juga dapat cuti kerja, kelak saja cutinya di ambil sekalian hari pernikahan, ” argumen Bapakku waktu kutanya mengapa dion tidak berkunjung ke tempat tinggal kami. Kan aku menginginkan berteman dengan calon suamiku.

Pernikahan kami jalan lancar, tetamu banyak berdatangan membawa hadiah berbagai macam, nyaris beberapa besar alat rumah tangga. Kami juga menanggap wayang kulit, pertunjukan kesenian Jawa Tengah yang didalangi oleh Ki Bondo pakar pewayangan di desa kami. Pokoknya pernikahan kami meriah serta berkelas untuk ukuran desa kami.

Malam selesai pernikahan, dion tidak menyentuhku. “Aku capek, ngantuk. Aku meh turu, ” tegasnya segera tertidur. Aku cuma diam serta malu karna mesti sharing ranjang dengan pria yang baru kukenal barusan pagi waktu akad nikah. Dalam diam kupandangi muka dion, wajahnya persegi empat, dengan rahang tegas, rambut sedikit berombak. Dengkuran kecil menemani tidur lelapnya.

Cuma tiga hari dion dirumah, lalu diajaknya aku ke kota Semarang menuju tempat tinggalnya. dion kontrak disebuah tempat tinggal kecil tanpa ada halaman serta memiliki satu kamar tidur, satu ruangan tamu, dapur sekalian ruangan makan serta satu kamar mandi. Cukup tempat tinggal itu untuk kami berdua. Mulai sejak menikah praktis aku dirumah saja, dion pergi kerja pagi serta pulang jam tujuh malam. dion mengakui bekerja di perusahaan garmen, tak tahu sisi apa.


Baru dua bln. pernikahan, dion di PHK karna order garmen perusahaannya tempat bekerja alami kesusahan. Banyak pesanan yang datang dari Amerika dibatalkan, argumennya Amerika tengah dirundung krisis keuangan. Hal itu beresiko pada perusahaan tempat dion bekerja. dion bersikukuh tidak ingin pulang ke Desa.

“Kita mesti ke Jakarta, mengadu nasib disana. Kita juga akan tinggal dirumah rekan-rekan saya. Pokoknya anda diam serta turut saya, ” tegas dion meyakinkanku. Yang namanya istri ya nurut suami, terlebih aku tidak bekerja, jadi tidak ada argumen untuk menampiknya.

di Jakarta kami tinggal di bilangan Tanjung Priok, menumpang di satu tempat tinggal kontrakan punya Eko, rekan dion. dirumah itu cuma dion yang membawa istri, yang beda lajang. Yang semula dion perhatian serta tampak mencintaiku saat ini mulai beralih. Terlebih mulai sejak setiap malam dion bermain kartu dengan beberapa rekannya. Bila kuingatkan untuk tidak terlalu lama bermain kartu, dion jadi geram.

“Tih, sepanjang hari aku jalan kaki putar-putar mencari lowongan kerja, tidak satupun di terima. Aku cuma menyingkirkan capek dengan bermain kartu, ” urainya. Aku terdiam serta rebahan di kamar menanti dion.

Sampai satu hari dion mendadak masuk kamar serta mendekapku erat sembari berbisik “sayang, tolonglah suamimu ini. Aku kalah main kartu. Aku berupaya untuk menaklukkan Eko namun semakin hari kekalahanku semakin besar sampai lima juta. Bila tidak kubayar kita juga akan diusirnya dari tempat tinggal ini, tolonglah aku Tih…. ”

“Bagaimana dapat mas? Uang kita cuma tinggal tiga 1/2 juta, serta k usahakan untuk makan seirit mungkin saja supaya memenuhi keperluan makan kita, Mas dion kan belum juga bisa kerja. Bagaimana mungkin saja kita membayarnya, dengan apa mas? ” mulai terisak sekalian kebingungan menerpaku.

Ratih sayangku, kesempatan ini mas betul-betul memohon tolong kepadamu, biarlah Eko tidur denganmu malam hari ini sampai besok pagi. Utang itu juga akan lunas, ” tutur dion. Aku tidak dapat berbicara. Aku menangis lirih, tapi cuma berikut yang bisa menolong suamiku dari problemnya. Aku mengangguk perlahan menyepakati permintaannya.

Malam itu, Eko masuk kamar, serta berdiam diri di sebelahku. “Bukan begini Tih, bukanlah permintaanku Tih, tapi suamimu yang menyarankan jadi pelunas hutangnya. Aku tidak dapat membiarkanmu ikut serta dalam hutang suamimu, Ratih, ” parau nada Eko.

“Aku menyepakatinya kok Mas Eko, tapi besok pagi semua hutang mas dion lunas ya, ” bisikku tidak kalah parau. Tak tahu siapa yang mulai, kami berpagutan serta sama-sama menindih, berguling tanpa ada nada. Jujur saja, malam itu aku memperoleh kesenangan mengagumkan yang didapatkan oleh Mas Eko.

Dengan tangannya, dengan lidahnya, Mas Eko memuaskanku. Subuh aku terbangun serta memohonnya sekali lagi serta Mas Eko memberiku kenikmatan tidak berkesudahan.

“Mas dion, aku tidak ingin membahasnya. Aku telah berkorban melunasi hutangmu, janganlah bertanya-tanya sekali lagi mengenai barusan malam, ” hardikku jengkel pada Mas dion waktu dia bertanya tentang yang kukerjakan barusan malam dengan Mas Eko.

Nyatanya, pembayaran hutang itu tidak berhenti sampai disitu. Kawan-kawan Mas dion yang beda membujuk suamiku supaya aku melayani keinginannya dengan bayaran satu juta semalam. Mas dion sepakat karna sampai berbulan inilah belum juga memperoleh pekerjaan. Kami terjepit problem ekonomi namun dengan langkah tersebut kesusahan keuangan kami bisa terselesaikan sesaat.

Jadi nyaris tiap-tiap malam aku melayani rekan-rekan Mas dion yang kos dirumah kontrakan Mas Eko, aku nikmati belaian tiap-tiap pria itu. Aku nikmati cumbuan panas itu. Aku belajar bercinta dengan selusin pria. Serta setiap malam pria-pria itu meniduriku minimum 2 x. Aku memperoleh uang yang cukup sampai dapat untuk pergi mencari kontrakan tempat tinggal sendiri.

Sesudah aku geser tempat tinggal, aku tidak sekali lagi melayani layanan seksual pria hidung belang. Aku jadi istri setia kembali, toh Mas dion telah bekerja saat ini meskipun cuma supir pribadi seseorang entrepreneur China. Tapi upah, bonus serta tunjangan kesehatannya cukup untuk menghidupi kami.

Aku serta Mas dion tidak meskipun sempat mengulas peristiwa itu sampai saat ini. Kami melupakannya demikian saja. END

No comments:

Post a Comment