pasang banner
pasang banner
pasang banner

Thursday, June 7, 2018

Kisah Seks Aku Jadi Taruhan Seks Suamiku


Rita (34) hampir putus harapan dalam melakukan hidup ini. Suaminya, Aryo, malah membuatnya jadi seseorang pelacur. Aku tidak sempat menganggap bila Mas Aryo tega jual badanku. Saat pertama kalinya aku mengenalnya, dia yaitu lelaki yang baik serta senantiasa menjagaku dari beragam godaan lelaki beda. Kami menikah lima th. waktu lalu serta dikarunai seseorang anak lelaki berumur tiga th. serta kami berikan nama Rizal. Perkawinan kami mulus-mulus saja hingga Rizal keluar di antara kami. Sudah pasti waktuku banyak tersita untuk mendidik Rizal.

Mas Aryo berkerja di perusahaan swasta yang beroperasi di sektor produksi kayu, sedang aku cuma tinggal dirumah. Namun aku tidak sempat mengeluh. Aku tetaplah sabar menggerakkan tugasku jadi ibu rumah-tangga sebaik-baiknya. Sesungguhnya sehari-hari mungkin Mas Aryo pulang sore hari. Namun akhir-akhir ini dia senantiasa pulang terlambat. Bahkan juga hingga tengah malam.

Sempat saat kutanyakan, kemana sajakah bila pulang terlambat. Dia cuma menjawab “Aku mencari pendapatan penambahan Rit”, jawabnya singkat.

Mas Aryo semakin seringkali pulang tengah malam, bahkan juga sempat 1x dia pulang dengan mulut berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya, mulai sejak kapan suamiku mulai suka minum-minum arak. Sampai kini aku tidak sempat memandangnya begini. Terkadang ia memberi uang berbelanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh buat aku serta Rizal anak kami.

Setiap saat aku menyinggung aktivitasnya, Mas Aryo berupaya hindari. “Kita lakukan saja peranan semasing. Aku mencari uang serta anda yang mengurusi tempat tinggal. Aku tidak sempat bertanya pekerjaanmu, jadi tambah baik anda juga begitu”, tuturnya.

Aku baru dapat menerka-nerka apa aktivitasnya saat satu malam, dia memohonku untuk jual gelang yang kupakai. Ia mengakui kalah bermain judi dengan seorang serta butuh uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dikerjakannya sampai kini. Jadi seseorang istri yang berupaya berbakti pada suami, aku memberi gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku memanglah di ajarkan untuk temani suami dalam sukai ataupun duka.

Satu sore waktu Mas Aryo belum juga pulang, seseorang rekannya yang mengakui bernama Bondan bertandang ke tempat tinggal. Kehadiran Bondan berikut yang menyebabkan perubahan dalam tempat tinggal tanggaku. Bondan datang untuk menagih utang-utang suamiku padanya. Jumlahnya sekitaran sepuluh juta rupiah. Mas Aryo berjanji untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang kalau aku tidak tahu-menahu tentang utang itu, lalu aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.
Namun dengan pandangan nakal dia tersenyum, “Lebih baik saya menanti saja Mbak, itung-itung temani Mbak. ”
Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih saat lihat tatapan liar matanya yang seolah-olah menginginkan menelanjangi diriku.
“Aryo tidak sempat narasi pada saya, bila ia mempunyai istri yang demikian cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah cuma dipajang dirumah saja” ucap Bondan.

Aku semakin tidak enak hati mendengar perkataan rayuan-rayuan gombalnya itu, Namun aku coba menahan diri, karna Mas Aryo berutang uang padanya. Dalam hati aku berdoa supaya Mas Aryo cepat pulang ke tempat tinggal, hingga aku tidaklah perlu terlalu lama mengenalnya.

Untung saja selang beberapa saat Mas Aryo pulang. Bila tidak tentu aku telah muntah mendengar kata-katanya itu. Demikian lihat Bondan, Mas Aryo terlihat lemas. Dia paham tentu Bondan juga akan menagih hutang-hutangnya itu. Aku meninggalkan mereka di ruangan tamu, Mas Aryo kulihat menyerahkan amplop coklat. Mungkin saja Mas Aryo telah dapat melunasi hutangnya. Aku tidak bisa mendengar perbincangannya, namun kulihat Mas Aryo menunduk serta kadang-kadang tampak berupaya menyabarkan rekannya itu.

Sesudah Bondan pulang, Mas Aryo memohonku mempersiapkan makan malam. Dia nikmati hidangan makan malam tanpa ada banyak bicara, Aku juga bertanya apa sajakah yang dibicarakannya dengan Bondan. Aku mengerti Mas Aryo tengah jemu, jadi tambah baik aku menahan diri. Sesudah usai makan, Mas Aryo segera mandi serta masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam setelah sukses menidurkan Rizal di kamarnya.

Saat aku masuk kamar tidur serta temaninya di ranjang, Mas Aryo lalu memelukku serta menciumku. Aku tahu dia juga akan memohon ‘jatahnya’ malam hari ini. Malam hari ini dia beda sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Aryo mulai melepas daster putih yang kukenakan, sesudah mencumbuiku sebentar, Mas Aryo mulai buka bra tidak tebal yang kukenakan serta melepas celana dalamku.

Kemudian Mas Aryo sedikit untuk sedikit mulai nikmati jengkal untuk jengkal semua sisi badanku, tak ada yang teratasi. Lalu aku menolong Mas Aryo untuk melapaskan semua baju yang dipakainya, hingga pada akhirnya aku dapat lihat penis Mas Aryo yang telah mulai agak menegang, namun belum juga prima tegangnya.

Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kesenangan Mas Aryo, kumain-mainkan sebentar dengan ke-2 belah tanganku, lalu aku mulai mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Merasa didalam mulutku, batang penis Mas Aryo terlebih kepala penisnya, mulai merasa hangat serta mengeras. Aku menyedot batang Mas Aryo dengan semampuku, kulihat Mas Aryo demikian bergairah, kadang-kadang matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan padanya.

Mas Aryo lalu membalas, dengan meremas-remas ke-2 payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai rasakan denyut-denyut kesenangan mulai bergerak dari puting payudaraku serta mulai menyebar keseluruh sisi badanku yang lain, terlebih ke vaginaku. Aku rasakan liang vaginaku mulai merasa basah serta agak gatal, hingga aku mulai merapatkan ke-2 belah pahaku serta menggesek-gesekan ke-2 belah pahaku dengan rapatnya, supaya aku bisa kurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.

Mas Aryo rupanya tanggap lihat perubahanku, lalu dengan lidahnya Mas Aryo mulai turun serta mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku begitu kerepotan terima serangannya ini, tubuhku merasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras disertai erangan-erangan kecil serta napas tertahan saat kurasakan aku nyaris tidak dapat menahan kesenangan yang kurasakan.

Pada akhirnya semua rasa nikmat makin mencapai puncak, waktu penis Mas Aryo, mulai tenggelam sedikit untuk sedikit kedalam vaginaku, rasa gatal yang kurasakan mulai sejak barusan beralih jadi nikmat waktu penis Mas Aryo yang sudah ereksi prima mulai bergerak-gerak maju mundur, seolah-olah menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.

Suamiku memanglah jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit aku berteriak kecil waktu aku telah tidak dapat sekali lagi menahan kesenangan yang kurasakan, badanku meregang demikian detik serta pada akhirnya roboh di ranjang saat puncak-puncak kenikamatan kuraih ketika itu, mataku terpejam sembari menggigit kecil bibirku waktu kurasakan vaginaku keluarkan denyut-denyut kenikmatannya.

Serta selang beberapa saat Mas Aryo menjangkau puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya serta beberapa detik lalu, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah badan serta wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya hingga air maninya habis, serta lalu aku mengulum kembali penisnya demikian lama, hingga pada akhirnya perlahan mulai mengurang tegangannya serta mulai lunglai.

“Aku betul-betul senang Rit, anda memanglah hebat”, pujinya. Aku masih tetap bergelayut manja di dekapan badannya.
“Rit, anda memanglah istriku yang baik, anda mesti dapat tahu kesulitanku sekarang ini, serta aku ingin anda menolong aku untuk mengatasinya”, tuturnya.
“Bukankah sampai kini aku telah demikian Mas”, sahutku. Mas Aryo mengangguk-angguk dengarkan ucapakanku.
Lalu ia meneruskan, “Kamu tahu maksud kehadiran Bondan barusan sore. Dia menagih utang, serta aku cuma mampu membayar 1/2 dari keseluruhnya utangku. Setelah lama berbicang-bincang ia tawarkan satu jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan satu prasyarat”, ucap Mas Aryo.
“Apa prasyaratnya, Mas? ” tanyaku penasaran.
“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku supaya anda dapat temani dia semalam saja”, ucap Mas Aryo dengan perlahan serta tertahan.


Aku seperti disambar petir waktu itu, aku tahu makna ‘menemani’ sepanjang semalam. Itu bermakna aku mesti melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Aryo. Mas Aryo tahu keterkejutanku.
“Aku telah tidak paham sekali lagi dengan terlebih aku mesti membayar hutang-hutangku, dia telah meneror juga akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya bila aku tidak dapat membayarnya hingga akhir minggu ini”, tuturnya lirih.

Aku cuma terdiam tidak dapat memberi komentar perkataannya itu. Aku masih tetap shock pikirkan aku mesti ikhlas memberi semua badanku pada lelaki yang belum juga kukenal sampai kini. Sikap diamku ini disimpulkan beda oleh Mas Aryo.
“Besok anda turut aku menjumpai Bondan”, katanya sekali lagi, sembari mencium keningku lantas pergi tidur. Saat itu juga aku membenci suamiku. Aku malas ikuti hasrat suamiku ini, namun aku harus juga pikirkan keselatan keluarga, terlebih keselamatan suamiku. Mungkin saja sesudah ini ia juga akan kapok berjudi sekali lagi fikirku.

Sore hari sesudah pulang kerja, Mas Aryo menyuruhku berhias diri serta kemudian kami pergi menuju tempat yang dijanjikan terlebih dulu, rupanya Mas Aryo mengantarku ke satu hotel berbintang. Saat itu saat telah tunjukkan sekitaran jam 20. 00 malam. Sepanjang hidup baru pertama kesempatan ini, aku pergi untuk bermalam di hotel.

Saat pintu kamar di ketuk oleh Mas Aryo, beberapa waktu lalu pintu kamar terbuka, serta kulihat Bondan menyongsong kami dengan hangatnya, Suamiku tidak terlalu lama, lalu ia menyerahkan diriku pada Bondan, serta lalu berpamitan.

Dengan lembut Bondan menarik tanganku masuk ruang kamarnya. Aku tertunduk malu serta wajahku merasa memerah waktu aku rasakan tanganku dijamah oleh seorang yang bukanlah suamiku. Nyatanya Bondan tidak seburuk yang kubayangkan, memanglah matanya berkesan liar serta seolah ingin melahap semua badanku, namun sikapnya serta perlakuannya kepadaku tetaplah tenang, hingga dikit untuk sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.

Bondan bertanya dengan lembut, aku menginginkan minum apa. Kusahut aku menginginkan minum coca-cola, namun jawabnya minuman itu tak ada saat ini di kamarnya, lalu dia keluarkan sebotol sampagne dari kulkas serta menuangkannya sedikit sekitaran 1/2 sloki, lalu disuguhinya kepadaku, “Ini dapat menyingkirkan sedikit rasa gugup yang anda rasakan saat ini, serta dapat pula buat badanmu sedikit hangat. Kulihat dari barusan nampaknya anda agak kedinginan”, ucapnya sekali lagi sembari menyodorkan minuman itu.

Kuraih minuman itu, serta mulai kuminum dengan dikit untuk sedikit hingga habis, memanglah benar beberapa waktu lalu aku rasakan badan serta fikiranku agak tenang, rasa gorgi telah mulai menghilang, serta aku juga rasakan ada aliran hangat yang mengaliri semua syaraf-syaraf badanku.

Bondan lalu menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, serta mengajakku berbincang-bincang beberapa hal yang enteng. Sekitaran 10 menit kami bicara, aku mulai rasakan agak pening di kepalaku, badankupun limbung. Lalu Bondan merebahkan badanku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan diatas ranjang membuatku mulai dapat menyingkirkan rasa pening di kepalaku.

Namun aku mulai rasakan ada perasaan beda yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di semua badanku, makin lama denyut-denyut itu mulai merasa menguat, terlebih di bebrapa sisi sensitifku. Aku rasakan badanku mulai terangsang, walau Bondan belum juga menjamah badanku.

Saat aku mulai tidak kuasa sekali lagi menahan rangsangan di badanku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seolah-olah mengeras serta betul-betul sensitif, vaginaku mulai merasa basah serta gatal yang menyengat, perlahan aku mulai menggesek-gesekkan ke-2 belah pahaku untuk kurangi rasa gatal serta merangsang didalam vaginaku. Badanku mulai menggeliat-geliat tidak tahan rasakan rangsangan semua badanku.

Bondan rupanya nikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang saat ini tengah terengah-engah bertanding melawan rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba badanku tanpa ada dapat kuhalangi sekali lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan sekali lagi, hingga tidak sadar aku melorotkan sendiri baju yang kukenakan. Waktu baju yang kukenakan terlepas, Mata Bondan tidak terlepas memandangi belahan payudaraku yang putih montok serta yang menyembul serta seolah menginginkan loncat keluar dari bra yang kukenakan.

Tidak tahan lihat pemandangan indah ini, Bondan lalu menggumuliku dengan panasnya sambil tangannya menghadap ke belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku sudah terlepas, saat ini payudaraku yang kencang serta padat sudah membentang dengan indahnya, Bondan tidak ingin terlalu lama memandangiku, dengan buasnya sekali lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, serta tangannya makin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.

Lihat ini, tangan bondan yang sampingnya sekali lagi mulai bermain-main di celanaku pas di cairan yang membasahi celanaku, aku rasakan nikmat yang betul-betul mengagumkan. Napasku betul-betul memburu, mataku terpejam nikmat waktu tangan Bondan mulai masuk celana dalamku serta memainkan daging kecil yang tersembunyi di ke-2 belahan rapatnya vaginaku.

Bondan memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku sangat terpaksa merapatkan ke-2 belah pahaku untuk agak menetralkan serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang badanku serta mulai memutar-mutar jarinya didalam vaginaku. Tidak senang karna celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali pergerakan dia melepas celana dalamku. Aku saat ini betul-betul bugil tanpa ada tersisa baju di badanku.

Bondan tertegun sesaat memandangi pesona badanku, yang masih tetap bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin saja disebabkan obat perangsang yang disuguhi didalam minumanku. Dengan cepatnya pada saat aku masih tetap merangsang sendiri payudaraku, Bondan melepas secara cepat semua baju yang dipakai hingga pada akhirnya bugil juga. Aku makin bernafsu lihat batang penis Bondan sudah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar serta panjang.

Secara cepat Bondan kembali menggumuliku dengan betul-betul keduanya sama dalam puncak terangsang, aku rasakan payudaraku terserang dengan remasan-remasan panas, serta.., ahh.., akupun rasakan batang penis Bondan dengan cepatnya menyodok menembus liang vaginaku serta menyentuh titik-titik kesenangan yang berada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan serta membalas serangan penisnya dengan menjepitkan ke-2 belah kakiku ke arah punggungnya hingga penisnya dapat menerobos dengan maksimum kedalam vaginaku.

Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap saat penis Bondan mulai bergerak masuk menerobos masuk maupun waktu menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti akan menahan pipis, waktu itu aku rasakan nikmat yang kurasakan berlipat ganda kali enaknya, demikian halnya dengan Bondan, dia mulai keteteran menahan kesenangan tidak dapat dihindarinya. Hingga pada satu titik saya telah tampak juga akan orgasme, Bondan tidak menyia-nyiakan peluang itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. pada akhirnya kemampuan pertahananku ambrol.. saya orgasme berkali-kali kurun waktu 10 detik.. Bondan rupanya juga telah tidak dapat menahan sekali lagi serangannya dia cuma diam sesaat untuk rasakan kesenangan dipuncak-puncak orgasmenya serta beberapa detik lalu mencabut batang penisnya serta tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan adanya banyak membanjiri muka serta beberapa berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun pada akhirnya tidur kelelahan sesudah bergumul dalam panasnya birahi.

Esok paginya, Bondan mengantarku pulang ke tempat tinggal. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk serta bicara sebentar sesaat aku masuk ke kamar anakku untuk memandangnya sesudah sepanjang hari tidak kuurus.

Sesudah peristiwa itu, aku serta suamiku pernah tidak bicara satu sama-lain, hingga pada akhirnya aku luluh juga waktu suamiku mohon maaf atas sikapnya yang mengakibatkan problem ini hingga berlangsung, namun hal tersebut tidak berjalan lama, suamiku kembali terjerat dalam permainan judi. Hingga otomatis akulah sebagai taruhan di meja judi. Bila menang suamiku juga akan memberi oleh-oleh yang banyak pada kami. Namun bila kalah aku mesti ikhlas melayani rekan-rekan suamiku yang menang judi. Hingga sekarang ini peristiwa ini masih tetap berulang. Oh hingga kapankah penderitaan ini juga akan selesai.

No comments:

Post a Comment