pasang banner
pasang banner
pasang banner

Tuesday, May 8, 2018

keperkasaan Kakak Iparku


Sudah pasti kedatanganku diterima senang oleh pasangan muda itu, terlebih oleh kakakku, Mbak Elin (nama samaran). Nampaknya ekonomi kakakku masih tetap paspasan. narasi seks Tempat tinggal yg dikontrak yaitu tempat tinggal petak serta cuma berkamar tidur satu, ruangan tamu kecil serta ruangan makan merangkap dapur, dan kamar mandi kecil. Dgn keadaan tempat tinggal sesuai sama itu, aku sangat terpaksa tidur bersamasama Mbak Elin serta suaminya Mas Ari.

Aku tidur di samping kanan, Mbak Elin di dalam serta Mas Ari di samping kiri. Malam itu aku berbincangbincang dgn kakakku hingga tengah malam, kulihat Mas Ari sdh tertidur lebih dahulu. Hingga pada akhirnya kami kehabisan narasi serta tertidur. Lebih kurang jam 04 : 00 pagi Mbak Elin bangun serta keluar kamar untuk masalah dapur. Aku tahu ini yaitu rutinitas pada saat remaja. Dia senantiasa bangun paling awal.

Narasi dewasa paling baru, Sesungguhnya aku jg terbangun saat ia turun dari tempat tidur, namun aku tetaplah ditempat tidur karna malas. Dalam keremangan lampu 5 watt, kulirik Mas Ari kakak iparku yg masih tetap terlihat tidur nyenyak di sebelahku tanpa ada terhambat oleh badan Mbak Elin, meskipun jarak kami cukup jauh. Dalam tidurnya yg kemampuanng dgn kenakan piyama warna abuabu, tanpa ada berniat kulihat ke arah selangkangannya. Kulihat suatu hal yg mencuat tinggi dari balik celananya.

Hatiku berdesir ada perasaan hangat menyelusuri badanku, kutahan nafasku. Aku tdk berani bergerak serta aku tetaplah purapura tidur meskipun kupincingkan mataku untuk nikmati pemandangan yg syuur itu. Tibatiba Mas Ari membalikkan tubuh menghadap ke arahku, kupejamkan mataku. Aku purapura masih tetap tertidur lelap. Tibatiba kurasakan badan Mas Ari digeserkan mendekatiku, tak tahu disengaja atau tdk, namun pergerakannya begitu hatihati, mungkin saja takut aku terbangun.

Aku tetaplah purapura masih tetap tidur dalam tempat kemampuanng, jantungku berdegup keras, aku tdk tahu apa yg mesti kuperbuat. Kuatur nafasku, menginginkan rasa-rasanya aku melompat turun serta keluar kamar. namun desiran hangat yg percepat peredaran darahku membuatku mengurungkan niatku. Tangan Mas Ari seperti tanpa ada berniat melekat ke tanganku, aku tetaplah tdk bergerak. Tdk berapakah lama, kurasakan tangannya menindih tanganku, serta itu cukup lama hingga aku bingun mesti melakukan perbuatan apa. Saat diliatnya aku diam saja, kurasakan dia mulai mengelus lengan dgn lembut serta kurasakan kehangatan yg begitu mengasyikkan.


Tangannya selalu mengelus ke atas leherku, aku menahan kegelian. Melihatku diam saja, Mas Ari makin berani serta tangannya mulai turun untuk merabaraba buah dadaku dari luar daster. Tdk lama lalu, tali daster serta tali BHku di turunkan serta tangannya menerobos masuk kedalam buah dadaku. Aku menggelinjang saat jarinya meremas buah dadaku dgn lembut, serta mengeluselus puting susuku.


Nafasku memburu, aku semakin terangsang, bahkan juga Mas Ari tanpa ada sadar sudah merapatkan badannya ke badanku. Kaki kirinya sudah menindih ke-2 lututku yg diam tidak bisa berontak, karna keinginanku membuatku bingung. Kurasakan penisnya yg sudah mengeras dibalik piyamanya melekat ketat di pinggul kiriku. Serta aku masih tetap purapura tidur.

Dilepaskan tangannya dari BHku, tangan kirinya merayap di pahaku, lantas menyelinap dibawah daster serta mengelus paha atas sisi dalam serta pada akhirnya berhenti di pangkal paha. Dielusnya dgn lembut bibir kemaluanku yg masih tetap rapat terbungkus dgn celana dalam, kurasakan kehangat serta perasaan nikmat mengalir didalam dinding kemaluanku.

Elusan diatas celana dimuka memek, kadangkadang diselipkan jari tanganya dari samping celanaku buat dinding memekku berdenyut lembut serta enak. Aku rasakan kalau milikku sdh basah. Tiba waktunya Mas Ari memasukkan tangan kirinya kedalam celanaku lewat pusar, saat itu aku sadar serta aku takut bila Mbak Elin tibatiba masuk, jadi kupegang tangannya serta kutahan supaya Mas Ari tdk melanjutkan tujuannya. namun tangannya tdk ingin keluar dari celanaku serta aku tetaplah menahannya.

Kubuka mataku, kutatap berwajah. Mas Ari tersenyum, namun aku tdk bisa membalas senyumnya. Aku menginginkan geram padanya atas kelancangannya, namun aku tdk bisa, karna dalam gejolak rangsangan yg membuaiku sesungguhnya aku sdh kehilangan rasioku. Aku menikmatinya serta penolakanku lebih berbentuk kekhawatiranku juga akan timbulnya Mbak Elin dari pintu kamar yg tdk terkunci. Dalam kondisi sekian kuarahkan pandanganku ke pintu kamar. Mas Ari menangkap apa yg kumaksud.

Ditariknya tangannya dari celanaku, serta dia selekasnya turun dari tempat tidur serta selekasnya menguncipintu kamar. Aku tdk tahu apa yg mesti kuperbuat, semestinya aku bangun dari tempat tidur serta selekasnya keluar kamar, hingga bisa terlepas dari perbuatan Mas Ari yg lancang itu, namun tdk. Sisi dalam memekku masih tetap berdenyut dgn lembut, aliran darahku serta birahiku masih tetap belum juga turun dari kepala. Sensasi ini belum juga sempat berlangsung terlebih dulu, bahkan juga dgn pacarku saja aku masih tetap hanya bergandgn tangan saja. Tak tahu apa yg kubayangkan waktu itu.

Kubalikkan badanku menghadap tembok membelakangi Mas Ari yg kembali dari arah pintu. Direbahkannya badannya rapat di belakangku sembari menarik pundakku ke arahnya, hingga aku kembali dalam tempat kemampuanng serta dia coba menciumku, namun aku menghindar dari ciumannya. Kugelengkan kepala ke kiri serta ke kanan, hingga pada akhirnya Mas Ari dapat menangkap mulutku dgn mulutnya. Waktu itu aku sdh tdk bisa sekali lagi menahan kuasa nafsu birahi dari dalam badanku yg masih tetap perawan ini.


Tersebut pertama kalinya aku di cium oleh seseorang lakilaki, aku masih tetap bodoh saat dia menyedot serta menjilat bibirku. Aku tdk memberi respon yg semestinya wanita beri saat dicumbu seseorang lelaki, aku masih tetap kaget, nafasku tdk teratur, namun nafsuku bangkit kembali. Tanpa ada sadar kupeluk pundaknya eraterat saat tangannya meremasremas buah dadaku. Kurasakan payudaraku mulai mengeras, terlebih saat puting susuku dipelintir ke kanan serta ke kiri berulangulang dgn lembut. Sensasinya benar-benar di luar sangkaanku.

Saat bibirnya mulai menyebar ke leherku, tangannya geser dari dada ke arah selangkangan, kubiarkan Mas Ari buka ujung bawah daster serta menelusup ke bawah celana dalam. Diusapusapnya rambut kemaluanku untuk sebagian lama, serta lalu jari tangannya mulai merasa menggesek dinding memek serta lalu ke atas ke arah klitoris.
Aaahh.., ada rasa ngilu yg begitu nikmat.

Sebagian lama jarinya mengelus serta menggeletarkan klitorisku, tanpa ada sadar kuikuti iramanya dgn menggoyang pingulku. Kesenangan sdh menyebar ke semua kelamin, ke pinggul serta bahkan juga ke sisi pantatku. Aduh sangat nikmat.

Aku merintih serta mendesah perlahan penuh kesenangan. Saat Mas Ari menarik tangannya dari dalam celana, aku terasa kecewa, nyatanya tdk, ia nyatanya melepas celananya ke bawah hingga penisnya yg sudah berdiri dgn kuat menyodok keluar. Kepala yg jadi membesar sudah mengkilat. Dibimbingnya dgn lembut tangan kiriku ke arah penisnya serta aku tdk kuasa sekali lagi menampiknya. Kugenggam serta kuremasremas dgn lembut batang panjangnya.

Berikut pertama kalinya aku lihat sekalian menyentuh alat kelamin seseorang lakilaki. Dadaku bergetar penuh birahi, lalu saat jarinya kembali memainkan klitorisku, tengah jari yang lain makin masuk kedalam liang senggamaku, jadi kukocok penisnya makin cepat.

Kudengar nafasnya memburu dibarengi desis yg pendek dari mulutnya. Dinding dalam liang kewanitaanku berdenyut makin dalam. Kujepit jarinya dgn bibir bawahku, aku tdk tahan sekali lagi, kesenangan sdh menyebar sampai ujung rambut. Tibatiba denyutan yg kuat datang dari arah liang rahimku. Aku menahan nafas, aku menggelinjang serta kujepit jarinya dgn kuat. Aku sudah menjangkau puncak, liang kewanitaanku berkedutkedut dgn kuat.

Aahh.., serta ketika yg nyaris berbarengan, Mas Ari mengutamakan pinggulnya ke pahaku, serta penis yg ada dalam genggamanku merasa berkedutkedut dgn kuat, serta kurasakan air maninya memancar serta membasahi pahaku.


Aaahh.., cuma desisan yg bisa kukeluarkan dari mulutku.

Sebagian detik aku tergeletak dgn lemas berdampingan dgn badan hangatnya Mas Ari. Dgn malas aku bangun, kubuka pintu kamar serta selekasnya aku ke kamar mandi. Aku takut berjumpa Mbak Elin yg masih tetap repot di dapur mempersiapkan sarapan pagi kami.

Waktu di kamar mandi, aku pernah memikirkan sensasi kesenangan yg berjalan sebagian menit yg kemarin. Ada perasaan suka bercampur dgn perasaan takut naik-turun didalam diriku waktu kubersihkan kemaluanku di kamar mandi. Mas Ari masih tetap kemampuanng ditempat tidur sembari tersenyum memandang wajahku saat aku keluar dari kamar mandi serta segera menuju ke dapur menolong Mbak Elin yg tdk ketahui ada sensasi indah di kamar itu.

Hari itu jg kuputuskan aku mesti kembali pada kotaku, aku tdk ingin hal tersebut berlangsung sekali lagi. Bukanlah aku tdk menyenanginya, namun aku tdk menginginkan rumah tangga kakakku jadi berantakan garagara kehadiranku yg menghidupkan birahi suaminya. Mbak Elin kaget saat aku pamitan untuk pulang. Aku memberi argumen kalau ada pekerjaan kuliah yg lupa kuselesaikan.

No comments:

Post a Comment