Kenalin namaku Anggi aku sekarang ini tengah kuliah semester paling akhir di mana PTS di kota Bandung, waktu momen berlangsung kepadaku aku masih tetap duduk di semaster 3 semuanya keluargaku tinggal di Jakarta awalannya mereka semuanya keneratan bila aku kuliah diluar kota tapi dengan kemauan untuk hidup mandiri pada akhirnya mereka dapat mengertinya serta dapat melankutkan studi di kota itu.
Aku di Bandung tinggal di kos yang mana sebelahnya pasangan suami istri serta letaknya juga tidak jauh dari kampusku, dikos aku tinggal dengan rekanku yang bernama Erya di asal sunda serta tempat tinggalnya juga dekat dengan universitas tapi dia pilih unutk ngekos agar diar kosentrasi dalam studinya.
Erya yaitu gadis yang begitu pandai dan sopan, demikian sopannya beberapa hingga dia tidak sempat kenakan pakaian yang seksi atau sedikit terbuka waktu melancong atau pergi kuliah, walau sebenarnya menurutku muka Erya begitu cantik,
Rambutnya panjang serta hitam dengan kulit badan yang putih mulus, seperti gadis gadis Sunda biasanya, sesaat postur badannya sangat bagus serta seimbang, pinggangnya ramping di dukung oleh ke-2 belah kakinya yang tahap,
Terlebih Erya juga mempunyai payudara yang besar, mungkin saja 2 x semakin besar dari pada buah dadaku. Pokoknya, bila saja Erya ingin berdandan serta sedikit merubah penampilannya, dia dapat jadi satu diantara gadis paling cantik ditempat kuliahku.
Untuk penuhi kebutuhanku supaya tidaklah terlalu memercayakan uang kiriman dari orang tuaku, aku mengambil keputusan untuk kuliah sembari bekerja paruh saat di satu diantara club billiard yang cukup besar serta eksklusif di kota Bandung.
Aku bekerja jadi salah seseorang penjaga meja, sekalian merangkap pramusaji di club itu, terkadang aku terasa begitu capek serta letih, terlebih bila aku mesti sangat terpaksa pulang tengah malam dari tempat kerja.
Tapi tidak apalah, yang perlu aku dapat memiliki cukup uang serta bisa penuhi kebutuhanku sendiri tanpa ada mesti memercayakan kiriman uang dari orang tuaku, lagipula aku telah berkemauan untuk belajar hidup mandiri.
Singkat narasi, hari itu aku tengah bingung, karna besok yaitu hari paling akhir saat pembayaran uang semester, walau sebenarnya kiriman dari orangtua belum hingga ke rekeningku, serta waktu gajianku masih tetap satu minggu sekali lagi,
Sesaat uang tabunganku telah habis untuk kepentingan serta cost hidupku keseharian sampai sore itu aku benar benar pusing pikirkannya. Pada akhirnya, kuberanikan diri untuk meminjam uang ke club tempat aku bekerja, tapi perusahaan tidak bisa mengabulkan permintaanku dengan argumen waktu itu tak ada dana yang ada karna semua uang yang ada telah disetorkan ke pemiliknya.
Malam itu, dengan rasa sedih serta bingung, aku berkemas untuk pulang kembali pada kosku. Waktu itu jam kerjaku memanglah sudah usai. Aku jalan lunglai dari ruang karyawan, bingung pikirkan nasibku besok, waktu kulihat Erya telah menungguku di ruangan tunggu
“Gimana Nin? Bisa utang uangnya? ” bertanya Erya.
“Nggak dapat Erya.. Tidak apa-apa deh, besok gua minta kemudahan saja dari kampus” ujarku dengan suara lemas.
“Elu sendiri, dari tempat mana.? Tumben singgah kesini? ” tambahku sembari lihat ke arah arlojiku, waktu itu telah nyaris jam sepuluh malam, tidak umumnya Erya berani keluar malam-malam, fikirku heran.
“Gua setelah dari mall dimuka, ngecek ATM, siapa tahu kiriman gua telah hingga, buat nalangin bayaran elu, tapi nyatanya belum juga hingga.. ” tutur Erya dengan suara menyesal.
“Thanks banget untuk usaha lu Erya. ” ujarku sembari mengajaknya pulang.
Kami berdua jalan melalui ruang billiard. Waktu itu disana masih tetap ada empat orang tamu yang tengah bermain ditemani oleh manajerku, mereka yaitu rekan-rekan dari yang memiliki club itu, jadi meskipun club itu telah tutup, mereka tetaplah bisa bebas bermain.
Aku pernah berpamitan dengan mereka sebelumnya aku kembali jalan menuju pintu keluar waktu mendadak salah seseorang dari mereka menyebutku.
“Nin.., Temanin kita main dong..! ” serunya.
“Kita taruhan. Berani tidak? ” lebih rekannya sembari melambaikan tangannya ke arahku.
Aku tertegun sesaat sembari memandang bengong ke arah mereka. Rupanya mereka tengah berjudi, serta mereka mengajakku untuk gabung. Wah, bisa juga nih. Siapa tahu menang.., fikirku.
“Taruhannya apa? Saya sekali lagi tidak bawa uang banyak..! ” seruku, sesaat kulihat Pak Dicky manajerku, jalan menghampiriku.
“Gampang.., bila anda dapat menang, satu game kami bayar lima ratus ribu, tapi bila anda kalah, tidak butuh bayar, anda hanya mesti buka pakaian saja, kita main sepuluh game.. Sepakat? ” seru salah seseorang dari mereka.
Aku terkesiap mendengar tantangannya, kulirik Erya yang waktu itu telah ada dimuka pintu keluar, dia terlihat menggelengkan kepalanya, sembari berikan sinyal kepadaku, supaya aku cepat-cepat meninggalkan club itu.
“Brengsek! Tidak mau..! ” ujarku sembari membalikkan badanku. Bisa-bisa aku telanjang bila dalam sepuluh game itu aku kalah selalu, fikirku dengan sebal. Tapi mendadak langkahku berhenti waktu tangan manajerku menahan pundakku.
“Terima saja Nin, anda kan sekali lagi perlu uang, lagipula mereka tidak demikian jago kok..! ” tutur manajerku berupaya membujuk.
“Tapi Pak..! ” jawabku dengan suara bingung, sesungguhnya aku mulai tertarik untuk penuhi tantangan mereka, dengan keinginan aku dapat memenangi semua game, lagipula aku benar benar memerlukan uang itu.
“Sudahlah.! Bila anda bersedia kelak saya kasih penambahan uang, lagipula tidak enak menampik tamu-tamu bos.. ” katanya sembari selalu membujukku.
“Oke.. Tapi bila saya kalah selalu bagaimana? ” tanyaku pada mereka.
“Tenang saja, anda cuma terlepas pakaian saja kok! Kami janji tidak juga akan melakukan perbuatan jenis macam..! ” seru orang yang ada paling dekat denganku.
“Baik.. Tapi janji.. Akan tidak jenis macam! ” jawabku meyakinkan pengucapan mereka, sesaat Erya segera jalan menghampiriku.
“Lu telah hilang ingatan apa Nin..! Gua ngga sepakat! ” serunya dengan suara geram.
“Tenang saja Erya, elu duduk saja disana, nungguin gua..! Oke? ” ujarku sembari menunjuk ke arah sofa yang ada di sudut ruang.
“Tapi Nin? ” tutur Erya dengan muka ketakutan.
“Udah, tidak apa-apa, elu tidak butuh takut.. ” sanggahku sembari tersenyum menentramkan hatinya, pada akhirnya Erya juga jalan serta duduk di sofa itu.
Telah lima game jalan, aku menang 2 x serta kalah 3x, buat aku mesti melepaskan jaket, blouse serta celana panjang yang kukenakan sampai waktu itu cuma tersisa bra serta celana dalam saja yang masih tetap menempel di badanku.
Jangan pernah kalah sekali lagi, ujarku dalam hati, 2 x sekali lagi aku kalah, jadi aku juga akan betul-betul bugil. Fikiranku mulai cemas, sesaat di sudut ruang, Erya telah terlihat mulai resah lihat kondisiku.
Tapi naas. Udara dingin dari AC di ruang itu buat aku susah untuk berkonsentrasi hingga aku kembali kalah pada game ke-6, buat mereka segera bersorak riuh, memohonku untuk selekasnya melepaskan bra yang kukenakan.
Aku telah nyaris menangis waktu itu, tapi mereka selalu memaksaku, jadi dengan perasaan berat serta malu, pada akhirnya kulepaskan juga bra yang menempel di badanku, buat buah dadaku segera mencuat serta terbuka dihadapan mata mereka yang terlihat melotot waktu melihat badan telanjangku.
“Sudah.. Telah, kita berhenti saja, saya menyerah! ” seruku memelas sembari berupaya menutupi badan sisi atasku, waktu itu aku telah terasa begitu malu serta tak akan tertarik untuk melanjutkan taruhan itu.
“Nggak dapat..! Perjanjiannya kan hingga anda telanjang, baru permainannya usai..! ” memprotes lawan mainku, pada akhirnya aku cuma dapat menuruti kemauannya.
“Buka.. Buka..! ” sorak mereka waktu pada game selanjutnya aku kembali kalah serta mesti melepas celana dalamku.
“Sudah.. Kita batalkan saja taruhannya..! ” jeritku sembari mencapai bajuku serta lari menjauhi mereka, tapi salah seseorang dari mereka dengan sigap menubrukku dari belakang, membuatku terhempas diatas meja billiard dengan tempat menelungkup serta lelaki itu menindihku dari atas.
“Lepaskan..! ” teriakku kaget sembari meronta dengan sekuat tenaga, tapi lelaki itu selalu menindihku dengan kuat, buat aku benar benar tidak dapat bergerak sekalipun, pada akhirnya aku terkulai lemah tidak berdaya sembari selalu menangis.
“Pak dicky..! Tolong saya Pak..! ” jeritku sembari menyapukan pandangan mencari manajerku.
Begitu terkejutnya aku waktu kulihat Pak Dicky tengah mendekap badan Erya sembari tangannya berupaya menanggalkan baju yang menempel di badannya dibantu oleh tiga orang rekannya. Berbarengan dengan itu kurasakan suatu hal menekan masuk kedalam liang kemaluanku.
Rupanya waktu itu lelaki yang ada diatas badanku, telah juga akan memperkosaku. Dia menyisipkan batang penisnya dari sela-sela celana dalam yang kukenakan serta selalu menekannya dengan keras, buat batang kemaluannya semakin terhunjam masuk melalui bibir vaginaku.
“Jangan.. Ouh..!! ” jeritku sembari berupaya menahan pahanya dengan ke-2 tanganku, tapi batang kemaluannya selalu melesak masuk, hingga pada akhirnya betul-betul tenggelam semuanya didalam liang vaginaku.
“Jangan keluar didalam, Pak..! ” gumamku perlahan sembari menahan badanku yang berguncang waktu lelaki itu mulai memompaku.
“Oke.. Uh.. Ssh.. Anda cantik Anggi..! ” ceracau lelaki itu waktu mulai bergerak didalam badanku.
“Ouh.. Hh..! ” desahku lirih.
Aku pejamkan mataku, rasakan getaran yang mulai menjalari semua badanku, waktu pemerkosaku menghentakkan badannya dengan semakin cepat, buat aku mulai terangsang waktu itu, serta tanpa ada sadar aku juga turut menggerakkan pinggulku, berupaya menyeimbangi pergerakannya.
Aku memanglah seringkali lakukan jalinan tubuh dengan pacarku mulai sejak aku masih tetap duduk di bangku SMU, jadi kegadisanku sudah terenggut oleh pacarku waktu aku masih tetap di kelas satu SMA, serta mulai sejak waktu itu kami teratur lakukan kegiatan sex, hingga pada akhirnya aku pergi meneruskan studi di Bandung, serta saat ini aku kembali rasakan kesenangan itu sesudah sepanjang setahun aku tidak sempat sekali lagi bersetubuh.
No comments:
Post a Comment