pasang banner
pasang banner
pasang banner

Monday, May 14, 2018

Cerita Sedarah Dengan Bibiku - Memek Merah Yang Harum

Saat SMA ku dahulu aku pilih wanita yang menginginkan aku pacarai, hal itu mengawaliku untuk beerbgai narasi di sini serta ini cerita sex sedarahku berawal, waktu SMA aku tidak sering mendekati jadi demikian sebaliknya cewek yang mendekatiku walau sebenarnya aku tidak ganteng ganteng juga tapi bila masalah bagian berolahraga aku tampak atletis serta kekar seperti berolahraga basket, lari dan lain-lain.

Serta banyak surat cinta cewek yg tidak kubalas. Sebab aku tidak sukai mereka. Untuk problem pelajaran aku termasuk normal, tidaklah terlalu pandai, tapi rekan-rekan menyebutku kutu buku, walau sebenarnya banyak yang lebih pandai dari aku, mungkin saja karna aku mahir dalam bagian berolahraga serta dalam pelajaran aku tidaklah terlalu bodoh saja pada akhirnya aku disebutkan sekian.

Saat kelulusan, aku juga masuk kuliah di satu diantara perguruan tinggi di Malang. Disini aku numpang dirumah bibiku. Namanya Nova. Aku umumnya menyebutnya mbak Nova, rutinitas dari kecil mungkin saja.

Ia tinggal sendirian dengan ke-2 anaknya, sejak suaminya wafat saat aku masih tetap SMP ia membangun usaha sendiri di kota ini. Yakni berbentuk tempat tinggal makan yang lumayan laku, berbekal itu ia dapat menghidupi ke-2 anaknya yang masih tetap duduk di SD.

Saat datang pertama kalinya di Malang, aku telah dijemput gunakan mobilnya. Lumayanlah, perjalanan dengan memakai kereta cukup melelahkan. Pertamanya aku tidak tahu bila itu yaitu mbak Nova. Sebab ia terlihat muda.

Aku baru sadar saat aku menelpon ponsel-nya serta dia mengangkatnya. Lantas kami bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih tetap 32 tapi dia begitu cantik. Rambutnya masih tetap panjang terurai, berwajah begitu halus, ia masih tetap seperti gadis.

Serta didalam mobil itu aku betul-betul berdebar-debar.

“Capek Dek Iwan? ”, tanyanya.

“Iyalah mbak, di kereta duduk selalu dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Nova masih tetap cantik ya? ”

Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.

Sepanjang tinggal di tempat tinggalnya mbak Nova. Aku sedikit untuk sedikit coba akrab serta mengenalnya. Banyak beberapa hal yang dapat aku kenali dari mbak Nova. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku juga jadi dekat dengan anak-anaknya. Aku seringkali mengajari mereka pelajaran sekolah.

Tidak merasa telah satu semester lebih aku tinggal dirumah ini. Serta mbak Nova kelihatannya yaitu hanya satu wanita yang menggerakkan hatiku. Aku betul-betul jatuh cinta kepadanya. Tapi aku tidak percaya apakah ia cinta juga kepadaku.
Terlebih ia yaitu bibiku sendiri. Malam itu sepi serta hujan diluar sana. Mbak Nova tengah nonton tv. Aku saksikan ke-2 anaknya telah tidur. Aku keluar dari kamar serta ke ruangan depan. Terlihat mbak Nova asik melihat tv. Waktu itu tengah ada sinetron.

“Nggak tidur Wan? ”, tanyanya.

“Masih belum juga ngantuk mbak”, jawabku.

Aku duduk di sampingnya. Tak tahu mengapa bebrapa sekali lagi dadaku berdebar kencang. Aku bertumpu di sofa, aku tidak lihat tv tapi lihat mbak Nova. Ia tidak menyadarinya. Lama kami terdiam.

“Kamu banyak diam ya”, tuturnya.

“Eh.. oh, iya”, kataku kaget.

“Mau ngobrolin suatu hal? ”, tanyanya.

“Ah, tidak, pingin nemeni mbak Nova aja”, jawabku.

“Ah anda, ada-ada aja”

“Serius mbak”

“Makasih”

“Restorannya bagaimana mbak? Berhasil? ”

“Lumayanlah, saat ini dapat waralaba. Banyak karyawannya, masalah kerjaan semua tidak serahin ke general managernya. Mbak setiap saat saja kesana”, tuturnya. “Gimana kuliahmu? ”

“Ya, demikianlah mbak, lancar saja”, jawabku.

Aku membulatkan tekad memegang pundaknya untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, kelihatannya mbak capek”.

“Makasih, tidak usah ah”

“Nggak ayah koq mbak, hanya dipijit saja, emangnya ingin yang beda? ”

Ia tersenyum, “Ya telah, pijitin saja”

Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, kadang-kadang aku meraba ke bahunya. Ia menggunakan tshirt ketat. Hingga aku dapat lihat lekukan badan dan tali bh-nya. Dadanya mbak Nova besar juga. Tercium bau harum parfumnya.

“Kamu telah miliki pacar Wan? ”, bertanya mbak Nova.

“Nggak miliki mbak”

“Koq dapat tidak miliki, memang tidak ada yang tertarik ama anda? ”

“Saya saja yang tidak tertarik ama mereka”

“Lha koq aneh? Denger dari ibu anda tuturnya anda itu seringkali dikirimi surat cinta”

“Iya, saat SMA. Bila saat ini aku temukan cinta tapi susah menyebutkannya”

“Masa’? ”

“Iya mbak, orangnya cantik, tapi telah janda”, aku coba memancing.

“Siapa? ”

“Mbak Nova”.

Ia ketawa, “Ada-ada saja anda ini”.

“Aku serius mbak, tidak bohong, sempat mbak tahu aku bohong? ”,

Ia diam.

“Semenjak aku berjumpa mbak Nova, jantungku berdetak kencang. Aku tidak tahu apakah itu. Sebab aku tidak sempat jatuh cinta terlebih dulu. Sejak itu juga aku menaruh perasaanku, serta terasa nyaman saat ada di samping mbak Nova.

Aku tidak tahu apakah itu cinta tapi, semakin hari dadaku semakin sesak. Sesak sampai aku tidak dapat berfikir sekali lagi mbak, rasa-rasanya sakit sekali saat aku mesti membohongi diri bila aku cinta ama mbak”, kataku.

“Wan, aku ini bibimu”, tuturnya.

“Aku tahu, tapi perasaanku tidak sempat berbohong mbak, aku ingin jujur bila aku cinta ama mbak”, kataku sembari memeluknya dari belakang.

Lama kami terdiam. Mungkin saja jalinan yang kami rasa saat ini mulai canggung. Mbak Nova coba melepas pelukanku.

“Maaf wan, mbak butuh berfikir”, kata mbak Nova beranjak. Aku juga ditinggal sendirian di ruang itu, tv masih tetap menyala. Cukup lama aku berada di ruang tengah, sampai larut malam kurang lebih. Aku juga mematikan tv serta menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar nada isak tangis di kamar mbak Nova. Aku juga coba menguping.

“Apa yang perlu aku kerjakan? …. Apa…”

Aku menunduk, mungkin saja mbak Nova kaget sesudah pengakuanku barusan. Aku juga masuk kamarku serta tertidur. Malam itu aku punya mimpi basah dengan mbak Nova. Aku punya mimpi bercinta dengannya, serta paginya aku temui celana dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.

Paginya, mbak Nova usai mempersiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar mandi. Lihat mereka dari terlalu jauh.
Mbak Nova terlihat berusaha untuk hindari pandanganku. Kami betul-betul canggung pagi itu. Hari ini tidak ada kuliah. Aku dapat butuhkan saat sepanjang hari dirumah. Sesudah ubah pakaian aku keluar kamar. Terlihat mbak Nova melihat-lihat isi kulkas.

“Waduh, wan, dapat minta tolong bantu mbak? ”, tanyanya.

“Apa mbak? ”

“Mbak ingin berbelanja, dapat bantu mbak berbelanja? Kelihatannya isi kulkas telah ingin habis”, tuturnya.

“OK”

“Untuk yang barusan malam, tolong janganlah diungkit-ungkit sekali lagi, aku maafin anda tapi janganlah dibicarakan dimuka anak-anak”, tuturnya. Aku mengangguk.

Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Nova sekolah. Lantas kami pergi berbelanja. Agak banyak belanjaan kami. Serta aku menggandeng tangan mbak Nova. Kami serupa sepasang suami istri, mbak Nova rasa-rasanya tidak menampik saat tangannya aku gandeng.

Mungkin saja karna barang bawaannya banyak. Di mobil juga kami diam. Sesudah berbelanja banyak itu kami tidak mengatakan sepatah kata juga. Namun setiap saat aku katakan ke mbak Nova kalau perasaanku serius.

Hari-hari berlalu. Aku selalu katakan ke mbak Nova kalau aku cinta dia. Serta hari ini yaitu hari ulang tahunnya. Aku membelikan satu gaun. Aku memanglah sembunyikannya. Gaun ini begitu mahal, nyaris dua bln. uang sakuku habis. Sangat terpaksa kelak aku minta ortu bila sekali lagi perlu buat kuliah.

Waktu itu anak-anak mbak Nova tengah sekolah. Mbak Nova merenung di sofa. Aku lantas datang padanya. Serta memberi satu kotak hadiah.

“Apa ini? ”, tanyanya.

“Kado, mbak Novakan ulang th. hari ini”,

Ia tertawa. Terlihat senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia coba menahan air matanya. Ia buka kadonya serta ambil berisi. Aku memberikannya satu gaun berwarna hitam yang mewan.

“Indah sekali, berapakah harga nya? ”, tanyanya.

“Ah tidak usah dipikirkan mbak”, kataku sembari tersenyum. “Ini kulakukan jadi pembuktian cintaku pada mbak”

“Sebentar ya”, tuturnya. Ia cepat-cepat masuk kamar sembari membawa gaunnya.

Tidak butuh lama, ia telah keluar dengan menggunakan pakaian itu. Ia betul-betul cantik.

“Bagaimana wan? ”, tanyanya.

“Cantik mbak, Superb!! ”, kataku sembari mengacungkan jempol.

Ia mendadak lari serta memelukku. Erat sekali, hingga aku dapat rasakan dadanya. “Terima kasih”

“Aku cinta anda mbak”, kataku.

Mbak Nova menatapku. “Aku tahu”

Aku memajukan bibirku, serta dalam waktu relatif cepat bibirku telah bersentuhan dengan bibirnya. Berikut first kiss kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, serta mengisap ludahnya. Lidahku bermain didalam mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Mbak Nova mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku lantas mengikutinya.

“Aku juga cinta anda wan, serta aku bingung”, tuturnya.

“Aku juga bingung mbak”

Kami berciuman sekali lagi. Mbak Nova berupaya melepas bajuku, serta tanpa ada sadar, aku telah cuma bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul keluar dari CD. Aku buka resleting pakaiannya, kuturunkan gaunnya, waktu tersebut aku merasakan dua buah bukit yang ranum.

Dadanya betul-betul besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lantas turunkan selalu sampai ke bawah. Ha? Tidak ada CD? Jadi barusan mbak Nova ke kamar ubah pakaian sembari melepas CD-nya.

“Nggak butuh heran Wan, mbak juga menginginkan ini koq, mungkin saja berikut waktu yang tepat”, tuturnya.

Aku lantas betul-betul menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku baru pertama kalinya mengerjakannya. Rasa-rasanya aneh, tapi aku sukai. Aku cinta mbak Nova. Mbak Nova meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang.

Kuciumi pahanya, betisnya, lantas ke jempol kakinya. Kuemut jempol kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki yaitu sisi paling peka untuk wanita.
“Tidak wan, jangan…. AAAHH”, mbak Nova memiawik.

“Kenapa mbak? ” kataku.

Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia pejamkan mata, terlihat ia menikmatinya. “Aku keluar wan”

Ia bangkit lantas turunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sembari memerhatikan apa yang dikerjakannya.

“Gantian sekarang”, tuturnya sembari tersenyum.

Ia memegang penisku, diremas-remas serta dipijat-pijatnya. Oh…aku barusan rasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Nova yang lembut, hangat lantas mengocok penisku. Penisku semakin lama semakin panjang serta besar. Mbak Nova menjulurkan lidahnya.

Dia jilati sisi pangkalnya, ujungnya, lantas ia masukan ujung penisku kedalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan ludahnya. Ohh…sensasinya mengagumkan.

“Kalau ingin keluar, keluar saja tidak apa-apa wan”, kata mbak Nova.

“Nggak mbak, aku menginginkan keluar di situ saja? ”, kataku sembari memegang liang kewanitaannya.

Ia tahu, lantas aku didorongnya. Aku berbaring, serta ia berada di atasku. Pahanya buka, serta ia tujukan penisku masuk ke liang itu.

Agak seret, mungkin saja karna memanglah ia tidak sempat bercinta terkecuali dengan suaminya. Masuk, sedikit untuk sedikit serta bless…. Masuk semua. Ia bertumpu dengan sofa, lantas ia gerakkan atas bawah.

“Ohh…. wan…enak wan…”, tuturnya.

“Ohhh…mbak…Mbak Nova…ahhh…”, kataku.

Dadanya naik turun. Montok sekali, aku juga meremas-remas dadanya. Lama sekali ruang ini dipenuhi nada desahan kami serta nada dua daging beradu. Plok…plok.. plok.. cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH”

Mbak Nova ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya erat. Vaginanya betul-betul menjepitku kencang sekali. Butuh sedikit saat untuk ia dapat bangkit. Lantas ia berbaring di sofa.

“Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu kedalam rahimku. Mbak ikhlas miliki anak darimu wan”, tuturnya.

Aku tidak menyia-nyiakannya. Aku juga memasukkannya. Kudorong maju mundur, tempat normal ini membuatku semakin keenakan. Aku menindih mbak Nova, kupeluk ia, serta aku selalu menggoyang pinggulku. Rasa-rasanya telah hingga di ujung. Aku ingin meledak. AAHHHH….

“Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Nova mencengkram punggungku. Serta aku menembakkan spermaku ke rahimnya, banyak, sperma perjaka. Vaginanya mbak Nova mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan serta tertidur diatas sofa, Aku memeluk mbak Nova.

Siang hari aku terbangun oleh nada HP. Mbak Nova masih tetap di pelukanku. Mbak Nova serta aku terbangun. Kami tertawa lihat peristiwa lucu ini. Saat jamnya menjemput anak-anak mbak Nova kelihatannya.

Mbak Nova menyentuh penisku. “Ini mengagumkan, mbak Nova sampai keluar berulang-kali, Wan, anda ingin jadi suami mbak? ”

“eh? ”, aku kaget.

“Sebenarnya, aku serta ibumu itu bukanlah saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang ceritanya. Bila anda ingin, aku ikhlas jadi istrimu, asal kau juga menyukai anak-anakku, serta jadikan mereka sebagai anakmu”, tuturnya.

Aku lantas memeluknya, “aku bersedia mbak”.

Kemudian tak tahu berapakah kali aku mengulanginya dengan mbak Nova, aku mulai coba beragam style. Mbak Nova sedikit rakus sesudah ia temukan mitra seks baru. Ia sukai sekali mengoral punyaku, mungkin saja karna punyaku sangat kuat untuk liang kewanitaannya.

hehehe…tapi tersebut cintaku, aku cinta dia serta dia cinta kepadaku. Kami pada akhirnya hidup bahagia, serta aku miliki dua anak darinya. Hingga saat ini juga ia masih tetap seperti dahulu, tidak beralih, tetaplah cantik.

No comments:

Post a Comment