Telah nyaris dua bln. aku ngekost dirumah Pak Irwan ketua Rt kampung Bojong daerah Bekasi. Kebetulan aku memperoleh kontrak kerja sepanjang satu tahun untuk satu project pembangunan apartemen di Bekasi. Serta sepanjang tersebut aku memendam keinginan dengan Bu Anne yang disebut istri Pak Irwan. Aku tertarik pada Bu Anne mulai sejak pertama kalinya masuk ngekost. Nyaris sehari-hari aku memikirkan ngentot dengan Bu Anne yang mempunyai toket montok serta badan seksi. Serta nyatanya Bu Anne juga memendam keinginan yang sama denganku. Pada akhirnya kamipun seringkali mengambil saat serta diam-diam bercumbu disaat Pak Rt tengah keluar tempat tinggal.
Tapi keinginanku pada Bu Anne jadi hilang saat itu juga sewaktu mendadak anak Pak Irwan yang kuliah di Surabaya pulang ke tempat tinggal. Vivi nama gadis itu, dia cantik, langsing serta berkulit putih tapi toketnya tidaklah terlalu besar, jauh berlainan dengan Bu Anne yang mempunyai toket yang begitu montok.
Siang itu aku disuruhi tolong sama Bu Anne untuk mengantar Vivi mencari ticket Bus agar Vivi selekasnya kembali pada Surabaya, dengan maksud supaya Vivi tidak lama ada dirumah serta tidak menganggu jalinan kami. Akupun mengiyakan perintah Bu Anne. Dalam perjalanan kami tidak banyak mengobrol bahkan juga berkesan diam.
Mendadak dering hp Vivi berbunyi memecahkan kesunyian di antara kami, dengan selekasnya Vivi mengangkat telpon itu. Aku tidak tahu tak tahu siapa yang menelponya serta apa yang tengah dibicarakannya, raut muka Vivi beralih saat itu juga, matanya berkaca-kaca tidak lama air mata itupun terjatuh membasahi muka Vivi. Akupun segera menghantika laju mobil serta berhenti ke tepi dimuka satu tempat tinggal makan.
“Lho anda mengapa Vi? “ tanyaku penasaran. Tapi tak tahu mengapa demikian lihat Vivi menangis, kontolku jadi jadi tegang. Apa mungkin saja karna berwajah lebih cantik ang buat kontolku berdiri.
Vivi tidak menjawab pertanyaanku, dia selalu menangis serta lantas bertumpu dipundakku. Aku terasa kasihan lihat kedaan Vivi, aku berupaya untuk menenangkannya serta mengajaknya masuk kedalam tempat tinggal makan itu.
Sesudah masuk kedalam tempat tinggal makan mendadak Vivi bercerita
“Hidupku terasanya telah usai mas, aku menginginkan mati saja” tuturnya sembari sesenggukan.
“Hust, janganlah ngomong gitu Vi ndak baik, memang mengapa sich? ” tanyaku makin penasaran.
“Tadi pacarku menelponku, dia mengambil keputusan jalinan kami serta juga akan menikah dengan wanita lain” jawabnya.
“Kamu yang sabar ya…sudah janganlah menangis sekali lagi, didunia ini lelaki tidak Hanya dia saja kog, banyak lelaki beda yang tambah baik dari dia” jawabku sok bijak.
“Tapi mas, perawanku hilang karna dia, aku telah tidak bernilai lagi” katanya
“Jangan berfikiran sempit, saksikan di sana banyak janda beranak yang jadi rebutan” jawabku coba menghibur.
Vivi lantas terdiam, aku tidak tahu apa yang tengah dia fikirkan demikian mendengar katakan, tapi perlahan-lahan isak tangisnya mereda serta mulai menelan makanan yang telah kami pesan. Sesudah usai makan, Vivi ngomong suatu hal yang membuatku terperanjat, dia berkata bila dia tidak ingin balik ke kampusnya dahulu,
“Mas, anda ingin tidak nemenin aku? ” bertanya Vivi mengagetkanku.
“Lha ini kan telah kutememani” jawabku singkat.
“Iya tapi maksudku, rekani aku satu atau dua hari gitu, tapi bila anda tidak repot sih” tuturnya manja.
“Sebulanpun juga gakpapa kog Vi” jawabku menggodanya.
“Yang bener? Selalu kelak pacarmu bila geram bagaimana? ” tanyanya memancing.
“Udah janganlah banyak bertanya, bila anda perlu rekan aku bersedia temanimu” jawabku sembari mencubit dagunya.
“Iiih, harus ujung-ujungnya gombalan…hahaha” jawabnya.
“Emangnya anda ingin kemana minta ditemenin semua? Aku tidak maul ho bila suruh nemenin tidur,, hahahaha” tanyaku bercanda.
“Yeee, GR banget sich anda, lebih enak tidur ma bonekaku…” jawabnya membalas candaanku.
“Emang bonekamu miliki burung? hahahha” tanyaku memancing.
“Omong apa sich anda, ngeres banget iihhh…. ” Jawabnya dengan suara manja.
“Aku juga siap kog jadi pacarmu satu hari hehehhe…” kataku sembari mengelus pipinya.
Tidak lama kemudian Vivi terdiam kembali, telapak tangannya beralih jadi dingin serta berkeringat dengan ekspresi muka yang gugup.
“Kamu mengapa Vi? Kog telapak tanganmu beralih dingin gini? Walau sebenarnya hanya kuelus pipimu belum juga yang lainnya” tanyaku yang membuatnya tersadar dari lamunannya serta menarik tangannya.
“Udah ah…jangan ngawur, aku hanya pengin mencari tempat yang tenang saja untuk menentramkan diriku, yuk mencari tempat di mana gitu? ” ajaknya.
“Aku tahu tempat yang asik, ditanggung anda juga akan lupa dengan pacarmu serta mungkin saja juga lupa daratan…hahahaha” kataku sembari bercanda.
Tanpa ada menanti jawab dari Vivi, aku lalu menggandeng tangannya untuk masuk kedalam mobil serta segera menuju tempat yang aku janjikan pada Vivi, yakni satu apartemen yang dapat disewa harian. Tiga puluh menit lalu kami hingga di lokasi, di apartemen ini umumnya aku membuat pesta dengan beberapa rekanku.
“Ini tempat apa mas? Seperti diskotik? ” bertanya Vivi penasaran.
“Sudah nikmati saja, anggap dirumah sendiri” kataku sembari menuangkan minuman yang aku ramu sendiri.
Kuputar musik di layar-lebar yang ada dimuka kami. Ruang yang redup menaikkan keselarasan kami. Cuma perlu saat 5 menit, ramuan yang kubuat telah sukses membuyarkan kesadarannya.
Tanpa ada sadar saat ini tangan kanan Vivi mengelus-elus memenya sendiri dari luar celana yang dia gunakan. Tanpa ada menanti lama aku segera menyambar badannya sampai terjatuh di sofa serta segera kutindih tubuhnya.
“Biar kubantu mengelus ya? Supaya lebih nikmat” kataku kepadanya. Tanpa ada menanti jawaban darinya, aku segera melepas semuanya bajuku yang menempel pada badanku termasuk juga CDku lalu aku juga menolong melepas semua pakaian Vivi, awalannya sich dia menampik serta cobalah menepis tanganku, tapi demikian dia lihat kontolku yang besar berdiri dia segera menyerah.
Aku segera ambil tempat 69. Kujilati memeknya yang tanpa ada ditumbuhi bulu. Kubuka lubang memeknya dengan lidahku. Dapat dipikirkan begitu nikmat yang dirasa Vivi terlebih digabung dengan meminum ramuan yang buat barusan seolah menaikkan gairahnya. Vivi mengerang kencang, tanpa ada cemas ada yang mendengar dari luar, karna ruang ini memanglah pas untuk mengekspresikan desahan serta rintihan.
“Arrgghhh, maasss…. Enak maaasss…terus mas.. tusuk lubangku dengan lidahmu maasss…ooohhh…”
Desahnya makin kencang bersamaan dengan sodokan lidahku yang makin cepat mengobok-obok memenya yang sangatlah becek. Vivi juga membalas permainanku, dia menjilati, mengisap serta mengocok kontolku dengan liarnya bahkan juga tidak bebrapa enggan dia menyusur anusku. Mengejang badanku dibuatnya serta kontolku juga seolah makin mengeras serta panas.
“Aduuuhh…Viiii sangat nikmat sayaaaang…terus sayang janganlah berhenti ya sedot yang keras Viiii…. ”
Vivi juga menuruti perkataanku dia, lantas mengisap kencang kepala kontolku serta makin memasukan dalam ke mulutnya sampai terserang tenggorokannya. Rsanya benar-benar nikmat dibanding masuk kedalam memek. Tapi aku tidak tega lihat muka Vivi beralih jadi pucat terengah serta tersedak sejadi-jadinya.
Lantas kusandarkan badan Vivi di sofa serta perlahan-lahan aku menggesekan kepala kontolku di bibir memeknya. Perlahan-lahan kumasukan kontolku kedalam lubang memeknya, merasa masih tetap sempit walau dia telah tidak perawan sekali lagi. Dengan sedikit bhentakan pada akhirnya kontolku sukses masuk kedalam memeknya, “Sleeeep….. ”. Vivi menjerit pada nikmat serta sedikit menahan sakit.
“Aaauuu…aaahhhh…. sssthhhh…. ”
Sesudah semua kontolku masuk kedalam memeknya, akupun mulai memompa memek itu dengan penuh nafsu, serta tanganku kugunakan untuk meremas toketnya. Sodokanku kupercepat serta kadang-kadang aku memukuli pantatnya seperti film bokep yang seringkali kulihat.
“Oooohhh…. Yeeeessss…. ” Erangan Vivi membuatku makin bernafsu. Serta untuk menaikkan sensasi aku memasukan jari tengahku ke lubang anusnya yang terlebiih dulu kulumuri dengan lendir memek Vivi. Aku tidak perduli dengan apa yang dirasa oleh Vivi, tak tahu itu sakit atau nikmat.
Dua lubangnya kukocok berbarengan, kontolku menyodok memeknya sedang jari tengahku mengobok-obok anusnya.
“Enak tidak Viiii…. Hari ini aku sepenuhnya milikmu, anda juga akan kupuaskan sayang…. ” Tanyaku sembari selalu menyodok ke-2 lubangnya.
“Enak sekaliii maasss…. aku telah tidak tahan sekali lagi maasss…” jerit Vivi.
Tidak berapakah lama badan Vivi menegang tandanya dia telah orgasme. Tapi aku selalu saja menyodok lubang-lubangnya, sepanjang aku belum juga orgasme aku tidak juga akan hentikan sodokanku. Serta benar saja sesudah nyaris 1/2 jam aku mengobok-obok memek dn anusnya, aku terasa sinyal tanda kontolku juga akan menyemprotkan sperma, Aku makin percepat sodokan kontolku.
“Ploookkk…ploookk…ploookkk”
“Aaahhhhh.. ooohhhh…. ” teriaku sembari menyemprotkan semua spermaku kedalam lubang memeknya.
“Crooot…crooottt…croootttt…”. Kutahan kontolku supaya tetaplah ada didalam memeknya hingga spremaku habis semuanya menyemprot rahimnya. Kami berdua betul-betul nikmati persetubuhan yang liar ini. Serta pada akhirnya kami tertidur sampai pagi.
Esok harinya kami pulang ke tempat tinggal karna Pak Rt serta Bu Rt telah menanti kami. Disepanjang perjalanan Vivi menangis sekali lagi. Serta sama dengan cowok yang beda aku berusaha untuk merayu serta menenagkannya. Aku juga berjanji juga akan bertanggungjawab jika dia hingga hamil. Tapi untungnya samapi kontraku usai Vivi tidak juga hamil, aku pulang kampong dengan aman.
No comments:
Post a Comment