pasang banner
pasang banner
pasang banner

Thursday, May 17, 2018

Cerita Bercinta Dengan Guru Private Yang Seksi


 Ya masa masa di putih abu abu tidak sempat dilupakan terlebih masalah asmara sepanjang disekolah aku sempat berpacaran sepanjang 4 kali, di mana saat kelas 1 aku dapat memperoleh cewek yang cantik serta banyak digemari oleh pria beda kerena kepopuleran dia saat disekolah, tidak berpaa lama kami putus lalu aku memperoleh pacar baru sekali lagi demikian sebaliknya dia manis dengan wanra kulit sawo masak tapi juga tidak bertahan lama cuma 1 th. kita pacaran.



Untuk pacar setelah itu kami telah kenal lebih dahulu serta akrab dapat disebut kita teman dekat tapi mungkin saja karna ada rasa di antara kita, ya kita setuju untuk mejalin jalinan, satu saat waktu boring dimuka tv aku putuskan untuk keluar di teras tempat tinggal, karna orang tuaku juga tak ada di rumah aku keluar bentar di warung untuk beli rokok.



Sesampainya ke warung yang aku menuju rupanya jadi tutup, awan telah tampak mendung petang aku berpikir untuk pulang atau mencari rokok di toko sbelanya yang jaraknya tidak jauh juga, ya aku putuskan untuk jalan sekali lagi serta pada akhirnya memperoleh rokok di wrung itu, hujan germis telah turun, waktu aku menginginkan pulang aku lihat orang yang aku kenal.



“Eh ibu Astrid dari tempat mana, aku sapa dia dengan senyum serta dia juga menyapaku”

“lho anda di sini lex, ngapain habis beli rokok ya”

“Ibu kok tau, hehe”

“lha iya Ibu juga sedah memandangi anda dari terlalu jauh dari sana, bisa merokok tapi janganlah umumnya ya Lex, bila satu hari 1-2 batang tidak ayah, jagalah kesehatanmu”

“hehehe iya bu, aku dengan senyum serta menggaruk garuk kepalaku, oiya Ibu Astrid guru privat adekku yang masih tetap bersekolah SD, umumnya Ibu Astrid bila datang satu minggu 2 kali harinya juga tidak menentu, terkadang rabu serta jumat, atau selasa serta kamis. Ibu Astrid seringkali anggota les pada adekku telah 4 bln..



“lha ibu astrid ingin kemana nih, ingin kerumahku kan, keburu hujan bareng saja bu”

Dari dahulu aku telah kagum dengan kecantikan ibu Astrid, murah senyum, baik hati, terkadang aku juga seringkali mengintip ibi Astrid tengah berikan pelajaran pada adekku, lama kelamaan aku jatuh hati pada ibu Astrid janganlah pada kaget ya bila Ibu Astrid yaitu pacar setelah itu sesudah aku putus dari pacar ketigaku, tapi awalannya aku takut mengungkap rasa cintaku pada dia.



Jelas saja usia aku serta Ibu Astrid cukup jauh dia usianya yang 27 th. sedang aku 18 th., tapi aku begitu cinta pada dia, hujan disaat itu telah membasahi kami waktu pulang kerumah, sampainya tempat tinggal aku menawarkan untuk kuambilkan handuk.



Waktu mengasihkan handuk aku baru sadar bila ibu Astrid makin cantik dengan rambut yang basah serta terlihat badannya yang seksi dan gundukan payudaranya juga membekas di bajunya, aku segera berfikiran yg tidak tidak, aku buatkan minuman tehh hangat sebelumnya dia mengelesi adekku.



Jam berapakah bum au anggota pelajarannya ke pada adekku, “

“masih satu jam sekali lagi kok”

“ya telah nikmati dahulu teh yang aku buatkan ini untuk menghangatkan badan yang terkena hujan tadi”

“kami asik mengobrol, hingga tidak sadar bila minumannya habis, aku tuang sekali lagi dalam gelas”



Terlebih dulu weaktu aku buat minuman teh hangat itu pernah ada fikiran ngeres yang datang, aku memikirkan bila bu Astrid telanjang karna bajunya basah serta itu buat aku makin menimbulkan keinginanku.



“terimakasih lex jadi anda jadi ribet begini kedatangn ibu yang basah karna hujan tadi”

“ah tidak problem bu, tenang saja, telah umum kok aku seringkali buat minuman jimka ada tamu ayah atau ibuku”



“aku yang tempatnya di samping ibu Astrid pernah bingung mengapa anda berdiri lex”

Aku segera merangkul badan bu Astrid itu serta tidak tau mengapa aku senekad itu dapat segera memeluk badannya, ibu Astrid berupaya untuk melepas dekapanku, tapi aku dengan kuat masih tetap menahan serta aku dorong.



Anda kenap lex, Ibu astrid juga mendorong aku untuk melepas pelukanku, tapi pelukanku makin kuat.



Aku berbisik perlahan, “Aku mencintaimu, Bu! ” serta kulihat Bu Astrid makin terperanjat. Ia diam terpaku untuk sebentar. Aku memakai saat sebentar itu untuk merenggut terlepas kancing-kancing bajunya.



“Aku menginginkanmu, Bu! ”

Kulihat payudara Bu Astrid yang bulat diisi dibalik bra putihnya. Bu Astrid cuma memandangku seolah tidak yakin apa yang barusan berlangsung. Ia telah tidak sekali lagi meronta, kelihatannya telah pasrah juga akan apa yang juga akan berlangsung.



Pelan-pelan kuturunkan roknya, lantas kulepaskan bra putih itu. Di depanku saat ini terlihat terang payudara Bu Astrid yang benar-benar indah, pinggang ramping, pinggul seksi, serta kaki-kaki jenjangnya. Badan Bu Astrid saat ini cuma ditutupi oleh celana dalam putih.



Tanpa ada menanti aku mulai mencumbui badan seksi Bu Astrid. Awal mula dari payudaranya. Kumainkan lidahku, kuciumi dengan penuh nafsu, kadang-kadang lidahku memainkan putingnya yang menantang. Kurasakan badan Bu Astrid tergetar perlahan, serta ia mulai mendesah perlahan.

Kulanjutkan cumbuanku turun ke arah perut, serta semaki ke bawah. Kulepaskan penutup paling akhir badannya. Waktu itu kudengar nada Bu Astrid memohon perlahan.



“Ja.. Janganlah, Lex! ”

Tapi aku tidak perduli, aku mulai mencumbu sela-sela paha itu. Harumnya liang kewanitaan Bu Astrid membuatku makin bergairah. Kepalaku kusisipkan diantara ke-2 paha Bu Astrid, serta mulai mencumbu liang kewanitaan yang ditumbuhi bulu-bulu halus.



Kumainkan lidahku disana, terkadang bibirku memainkan klitorisnya sampai badan Bu Astrid bergetar, serta desahan-desahan perlahan terdengar dari bibir Bu Astrid waktu jariku menyelinap kedalam vaginanya.



“Mmmh, ya! Oh.. Ya, enak.. Oh.. Oh! ”

Lidah nakalku selalu menari-nari disana, menyalurkan kesenangan yang mulai membius kesadaran Bu Astrid. Saat ini Bu Astrid mulai tenggelam dalam permainan cumbuanku, desahan serta erangannya menyeimbangi tarian lidahku pada klitorisnya. Ke-2 pahanya menjepit kepalaku.



“Yaa.. Ya! Oh.. Oh, ya sayang.. Lanjutkan.. Oh.. Oh! ”

Selang beberapa saat kurasakan getaran hebat badan Bu Astrid. Erangannya juga terdengar makin keras,

“AH.. Ya, ya.. Oh sayang.. Aku.. Aku keluar.. Oh ya.. Ooohh! ” Bu Astrid menggelinjang hibat serta liang kewanitaannya mulai dibanjiri cairan vaginanya, buat vagina Bu Astrid makin becek. Aku menyapukan lidahku, menjilati cairan itu.



Aku lihat muka cantik Bu Astrid, saat ini bersemu merah, matanya terpejam, nafasnya terengah-engah, bibirnya keluarkan desahan-desahan perlahan. Keringat membasahi badannya. Bu Astrid buka matanya, lantas memandangaku.



Masih tetap belum juga hilang rasa menginginkan tahu dalam pandangan itu, seolah ajukan pertanyaan ‘Mengapa anda lakukan ini pada ibu? ’ namun bibirnya tetaplah terkatup.



Kusambut bibir Bu Astrid dengan bibirku. Sepanjang sebagian waktu kami berpagutan. Serta kurasakan Bu Astrid mulai membalas ciumanku.

Aku mulai melepas semuanya bajuku. Saat ini kami berdua telah tidak kenakan apa-apa sekali lagi. Senjataku telah tegang mulai sejak barusan, seperti satu rudal yang siap ditembakkan.

Ukurannya memanglah tidak seperti punya bintang film porno yang seringkali kulihat, tapi cukup besar juga. Bu Astrid memandangku dengan tatapan sangsi bercampur takut.

 “Maaf, Bu! ” kataku perlahan.

Kutuntun penisku ke lubang vagina Bu Astrid. Kurasakan Bu Astrid sedikit menampik waktu kepala penisku menyentuh klitorisnya.

“Ja.. Janganlah, Lex! Ja.. Janganlah dimasukkan, nan.. Kelak.. ”

“Ibu tidak usah cemas, Lex tanggung jawab, ” kataku, “Lex menyukai Ibu! ”

“Ta.. Tapi Lex.. ”

Belum juga usai Bu Astrid bicara, aku telah menusukkan senjataku sampai masuk setengahnya.



“Ah.. Lex! ” Bu Astrid mulai meronta.

“Tenang Bu! ” kupegangi ke-2 tangannya.

Kurasakan lubang vagina Bu Astrid yang masih tetap sempit itu menjepit penisku serta meremas-remasnya.



Aku bertanya-tanya, apa Bu Astrid masih tetap perawan. Kudorong penisku sampai menyelinap lebih jauh. Bu Astrid merintih,



“Sa.. Sakit Lex.. ”

“Iya.. Iya Bu! Lex bebrapa perlahan masukinnya. ”

Mungkin saja Bu Astrid nemang masih tetap perawan, fikirku. Kulihat titik-titik air mata mulai basahi matanya, serta ada beberapa yang jatuh ke pipinya.



“Lex.. Hentikan! Ja.. Janganlah diteruskan! ” desah Bu Astrid.

Kepalang tanggung, fikirku. Serta kulesakkan penisku sampai masuk semuanya, beberapa hingga Bu Astrid menjerit.



“Ah.. Lex, sakit Lex! ”

“Tak apa-apa, Bu. Hanya sebentar sakitnya. ”

Kudiamkan penisku didalam vagina Bu Astrid sepanjang sebagian waktu, kurasakan pijatan lembut dinding vagina pada penisku. Merasa sangat nikmat. Lantas aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, mengocokkan penisku didalam vagina Bu Astrid. Bu Astrid mengerang, awal mulanya tedengar rintihan kesakitan, namun makin lama bertukar desahan kesenangan.



“Ya.. Ya, Oh ya sayang! ”

Peluh membanjiri badan Bu Astrid, matanya terpejam seolah-olah menjemput kesenangan yang datang bertubi-tubi. Desahannya menemani pergerakan pinggulku.



“Oh, ya.. Oh.. Ouh. Selalu sayang! Enak, ja.. Janganlah berhenti, oh.. ”

Aku selalu memompa penisku keluar masuk, menggesek dindinjg vagina yang basah itu. Kulihat tangan Bu Astrid meremas-remas payudaranya sendiri. Kesenangan telah menjalari semua tibuhnya. Desahan serta erangan selalu menggema di ruang itu, berbaur dengan deru nada hujan diluar.



Selang beberapa saat kulihat Bu Astrid menggelinjang hebat, serta dari bibirnya terdengar erangan panjang menendakan ia sudah menjangkau klimaks. Kurasakan cairan hangat basahi penisku didalam vaginanya.

“Oh, oh.. Ya.. Ooohh, sayang! Aku keluar, oh.. Oh..! ”



Serta tanpa ada sadar tangannya meraihkui serta memelukku erat sembari selalu mengerang rasakan kesenangan puncak yang kuasai badannya.



“Oh.. Oh, ya ough! ”

Nafasnya tersengal-sengal.

“Ya, sangat nikmat, oh..! ”



Akupun terasa telah nyaris menjangkau klimaks, jadi kupercepat pergerakan pinggulku. Serta kelihatannya pergerakanku meningkatkan kembali gairah Bu Luna. Kurasakan pinggul seksi Bu Astrid menyeimbangi pergerakan pinggulku.



“Oh.. Ya.. Oh, sekali lagi sayang.. Oh! ” desah Bu Astrid, ”Lebih cepat sekali lagi.. Oh.. Oh!! ”

Serta selang beberapa saat kurasakan penisku berdenyut-denyut.



“A.. Aku nyaris keluar Bu! ” kataku, ”Keluarin dimana? ”

“Oh.. Keluarin saja.. Didalam.. Tidak apa-apa.. ”

Serta saat itu juga aku menjangkau puncak, penisku memuntahkan banyak cairan mani kedalam vagina Bu Astrid, penuhi rongga kewanitaannya.



“Ough.. Bu! Aku keluar, Bu! Oh sangat nikmat, oh..! ”

Bu Astrid menggelinjang sekali lagi, ia menjangkau klimaks sekali lagi sebentar sesudah aku orgasme.



“Ya.. Oh, ya sayang.. Aku juga keluar.. Oh.. Oh.. ”

Badan kami bersimbah pelu, aku rasakan begitu capek. Badanku kurebahkan di sofa di samping badan Bu Astrid. Nafas kami tersengal-sengal. Kulihat muka Bu Astrid yang bersemu merah terlihat cantik, ia tersenyum.

“Kau.. Kau nakal Lex! ” tuturnya perlahan, ”Tapi aku suka. ”



“I.. Ibu tidak geram? ”

Bu Astrid mencium bibirku. “Aku memanglah geram pada awalnya, tapi-sudahlah-semuanya telah berlangsung, ” tuturnya, “Kau hebat! ”

Hujan masih tetap turun dengan derasnya. Adikku menelpon, tuturnya ia belum juga dapat pulang karna hujan belum juga reda. Serta aku menggunakan sore itu berdua dengan Bu Astrid. Kami masih tetap pernah bermain cinta lagi sebelumnya ke-2 orang-tua serta adikku pulang.



Sesudah hubunganku dengan bu Astrid makin dekat, dia makin akrab apabila ibu Astrid di rumah sendiri terkadang aku disuruh untuk datang ke sana serta demikian sebaliknya bila rumahku sepi ibu Astrid sudi untuk datang kerumahku, cerita cintaku dengan ibu Astrid cuma bertahan 7 bln. karna habis lulus aku melanjutkan di PTS luar kota. Sekian sedikit ceritaku dengan guru les privat adekku. Terimaksih telah sudi untuk membaca narasi dewasaku ini. END

No comments:

Post a Comment